Sejak gue
duduk di kelas 12,gue gak pernah lagi punya waktu untuk nulis. Terkadang rasa
rindu dalam ‘meracik kata-kata’ seperti ini menyerang secara bertubi-tubi. Tapi
apadaya waktu dan kesibukan yang menghambat semua. Dan akhirnya gue punya waktu
luang untuk nulis. FYI,gue mulai nulis lagi H-7 UN! Tindakan yang cukup esktrim
memang. Dikala teman-teman yang lain berfikir keras (bukan mikir yg membuat
‘sesuatu’ menjadi keras),gue malah asik-asikan buat nulis. Tapi gue ngelakuin
ini biar gue gak stress. Jujur,Ujian Nasional di tahun ajaran sekarang cukup
bikin gue deg-degan. Lebih deg-degan dari menyatakan cinta kepada cewek yang
kita suka dari waktu yang lama. Apalagi pas nembak,si cewek natap mata kita.
Wiihh berasa gempa 10 skala ritcher.
Lah kenapa
jadi curcol gini? -__- maaf suka keceplosan.
Oke fokus ke permasalahan!
Dengan
sistem 20 paket yang artinya di dalam kelas yang berisi 20 murid akan
memperoleh paket soal yang berbeda-beda. Belum lagi masalah teknis yang juga
harus di perhatikan. Buat gue,Ujian Nasional kali ini gue berasa jadi eksekutor
tendangan penalty yang menjadi penentu. Ujian Nasional jadi kipernya,dan
kelulusan yang jadi gawang nya. Untuk menjebol kelulusan,kita harus mengecoh
kiper agar berhasil mencetak gol. Saat tendangan penalty,penonton akan berfikir
eksekutor tendangan penalty akan dengan mudah menjebol gawang. Tapi pada
kenyataannya butuh ketenangan,strategi dan doa untuk mengecoh penjaga gawang.
Sama seperti
Ujian Nasional...
Orang-orang
disekitar kita pasti beranggapan dan berkata “Ahh pasti lulus UN deh” atau
“Pasti di bantu sekolah” atau bisa juga “Lo merem gak ngerjain soal juga pasti
lulus deh!” . Mungkin tujuannya agar kita tidak stress dalam menghadapi Ujian
Nasional,tapi gue kurang setuju sama yang terakhir itu (yakali merem doang bisa
lulus). Seandainya memang itu tujuannya,bukankah itu malah bikin peserta UN
merasa ‘nyantai’ dan tak ada niat untuk berusaha? Gak masalah kalo mereka emang
lulus. Kalo enggak? Bukannya itu termasuk kedalam kasus PHP? Di-PHP-in itu
sakit loh. Udah di terbang tinggi-tinggi sampe langit ke tujuh,eh langsung di
jatohin gitu aja ke inti bumi. Kerasa kan sakit nya?
Gue jadi
inget sama perkataan bokap gue. “Kalo kamu mau sukses,kamu harus berani pindah
dari Zona Nyaman ke Zona Bahaya”. Maksutnya kita harus meninggalkan Zona Nyaman
adalah,kita harus keluar dari rutinitas yang biasa kita lakukan. Contoh
nya,kalo rutinitas lo itu pulang sekolah langsung pulang,trus tidur,belajar
sebentar,twitteran,stalking TL mantan,cari jodoh di omegle,trus tidur dan lo
lakuin itu setiap hari itu namanya Comfort
Zone atau Zona Nyaman.
Lalu apa yang di maksut dengan Danger Zone atau Zona Bahaya?
Danger Zone
adalah Zona ketidak-nyamanan kita. Contoh nya yang biasanya lo males belajar,lo
harus ‘paksa’ diri lo untuk belajar lebih giat,atau yang biasanya lo gak pernah
mau ngerti dengan salah satu pelajaran di sekolah,lo harus ‘paksa’ diri lo
untuk mau ngerti. Memang untuk merubah itu gak nyaman,tapi pada akhirnya kita
akan mendapat hasil yang lebih bagus daripada pada saat kita melakukan
rutinitas yang biasa kita lakukan dan kita nyaman dengan itu.
Hidup
terlalu singkat bila hanya dipakai untuk mengerjakan sesuatu yang kita suka.
Kita perlu mencari tantangan baru di setiap harinya agar hidup bisa lebih
berkesan dan kita bisa menceritakan kepada anak cucu kita kelak. Kan seru kalo
nanti kita udah jadi orang tua dan menceritakan tantangan-tantangan hidup yang
kita alami ke anak kita.
“Nak,sebelum papa jadi arsitek
seperti ini dulu papa tuh di kelas paling bodoh dalam pelajaran Matematika.
Tapi papa yakin pasti bisa! Dulu papa pengen les matematika tapi gak punya
uang. Jadi papa suka datengin rumah guru Matematika tiap hari sampai beliau
kewalahan. Tapi dengan kerja keras dan kemauan papa,akhirnya papa mendapat
nilai tertinggi dalam pelajaran Matematika dan kuliah di jurusan arsitektur dan
akhirnya menjadi Papa yang sekarang.
Coba
bayangkan kalo sosok “Papa” itu pasrah dengan ke-tidak bisaan nya pada
pelajaran Matematika karena tidak mau meninggalkan Zona Nyaman nya? Apa bisa ia
jadi Arsitek? Mungkin jadi tukang tambal ban pun sudah bagus.
Kita semua tentu ingin mendapatkan hasil yang
Maksimal. Tapi jangan pernah bermimpi mendapatkan sesuatu yang maksimal bila
usaha kita saja masih minimal. Kata-kata yang masih gue pegang sampe sekarang
adalah:
“Bila hanya ingin
mendapatkan ikan,pancinglah dari kapal yang nyaman di atas laut. Tapi apabila
ingin mendapatkan harta karun,anda harus masuk ke dasar laut yang sangat dalam
dan menghadapi tantangan dan resiko nya”
Untuk saat
ini,hanya itu yang bisa gue bagikan kepada kalian. Buat kelas 12 yang telah
menghadapi Ujian Nasional,tetap optimis dan terus berdoa! Lawan
kemalasan,keluar dari Comfort Zone,masuki
dan hadapi resiko di Danger Zone dan biarkan Tuhan campur tangan. Dengan begitu
kita akan mendapatkan hasil yang terbaik. Insya
Allah. Amin J