Jumat, 26 April 2013

From Comfort Zone to Danger Zone


Sejak gue duduk di kelas 12,gue gak pernah lagi punya waktu untuk nulis. Terkadang rasa rindu dalam ‘meracik kata-kata’ seperti ini menyerang secara bertubi-tubi. Tapi apadaya waktu dan kesibukan yang menghambat semua. Dan akhirnya gue punya waktu luang untuk nulis. FYI,gue mulai nulis lagi H-7 UN! Tindakan yang cukup esktrim memang. Dikala teman-teman yang lain berfikir keras (bukan mikir yg membuat ‘sesuatu’ menjadi keras),gue malah asik-asikan buat nulis. Tapi gue ngelakuin ini biar gue gak stress. Jujur,Ujian Nasional di tahun ajaran sekarang cukup bikin gue deg-degan. Lebih deg-degan dari menyatakan cinta kepada cewek yang kita suka dari waktu yang lama. Apalagi pas nembak,si cewek natap mata kita. Wiihh berasa gempa 10 skala ritcher.
Lah kenapa jadi curcol gini? -__- maaf suka keceplosan.

Oke fokus ke permasalahan!
Dengan sistem 20 paket yang artinya di dalam kelas yang berisi 20 murid akan memperoleh paket soal yang berbeda-beda. Belum lagi masalah teknis yang juga harus di perhatikan. Buat gue,Ujian Nasional kali ini gue berasa jadi eksekutor tendangan penalty yang menjadi penentu. Ujian Nasional jadi kipernya,dan kelulusan yang jadi gawang nya. Untuk menjebol kelulusan,kita harus mengecoh kiper agar berhasil mencetak gol. Saat tendangan penalty,penonton akan berfikir eksekutor tendangan penalty akan dengan mudah menjebol gawang. Tapi pada kenyataannya butuh ketenangan,strategi dan doa untuk mengecoh penjaga gawang.

Sama seperti Ujian Nasional...

Orang-orang disekitar kita pasti beranggapan dan berkata “Ahh pasti lulus UN deh” atau “Pasti di bantu sekolah” atau bisa juga “Lo merem gak ngerjain soal juga pasti lulus deh!” . Mungkin tujuannya agar kita tidak stress dalam menghadapi Ujian Nasional,tapi gue kurang setuju sama yang terakhir itu (yakali merem doang bisa lulus). Seandainya memang itu tujuannya,bukankah itu malah bikin peserta UN merasa ‘nyantai’ dan tak ada niat untuk berusaha? Gak masalah kalo mereka emang lulus. Kalo enggak? Bukannya itu termasuk kedalam kasus PHP? Di-PHP-in itu sakit loh. Udah di terbang tinggi-tinggi sampe langit ke tujuh,eh langsung di jatohin gitu aja ke inti bumi. Kerasa kan sakit nya?

Gue jadi inget sama perkataan bokap gue. “Kalo kamu mau sukses,kamu harus berani pindah dari Zona Nyaman ke Zona Bahaya”. Maksutnya kita harus meninggalkan Zona Nyaman adalah,kita harus keluar dari rutinitas yang biasa kita lakukan. Contoh nya,kalo rutinitas lo itu pulang sekolah langsung pulang,trus tidur,belajar sebentar,twitteran,stalking TL mantan,cari jodoh di omegle,trus tidur dan lo lakuin itu setiap hari itu namanya Comfort Zone atau Zona Nyaman. 

Lalu apa yang di maksut dengan Danger Zone atau Zona Bahaya?

Danger Zone adalah Zona ketidak-nyamanan kita. Contoh nya yang biasanya lo males belajar,lo harus ‘paksa’ diri lo untuk belajar lebih giat,atau yang biasanya lo gak pernah mau ngerti dengan salah satu pelajaran di sekolah,lo harus ‘paksa’ diri lo untuk mau ngerti. Memang untuk merubah itu gak nyaman,tapi pada akhirnya kita akan mendapat hasil yang lebih bagus daripada pada saat kita melakukan rutinitas yang biasa kita lakukan dan kita nyaman dengan itu.

Hidup terlalu singkat bila hanya dipakai untuk mengerjakan sesuatu yang kita suka. Kita perlu mencari tantangan baru di setiap harinya agar hidup bisa lebih berkesan dan kita bisa menceritakan kepada anak cucu kita kelak. Kan seru kalo nanti kita udah jadi orang tua dan menceritakan tantangan-tantangan hidup yang kita alami ke anak kita.

“Nak,sebelum papa jadi arsitek seperti ini dulu papa tuh di kelas paling bodoh dalam pelajaran Matematika. Tapi papa yakin pasti bisa! Dulu papa pengen les matematika tapi gak punya uang. Jadi papa suka datengin rumah guru Matematika tiap hari sampai beliau kewalahan. Tapi dengan kerja keras dan kemauan papa,akhirnya papa mendapat nilai tertinggi dalam pelajaran Matematika dan kuliah di jurusan arsitektur dan akhirnya menjadi Papa yang sekarang.

Coba bayangkan kalo sosok “Papa” itu pasrah dengan ke-tidak bisaan nya pada pelajaran Matematika karena tidak mau meninggalkan Zona Nyaman nya? Apa bisa ia jadi Arsitek? Mungkin jadi tukang tambal ban pun sudah bagus.

 Kita semua tentu ingin mendapatkan hasil yang Maksimal. Tapi jangan pernah bermimpi mendapatkan sesuatu yang maksimal bila usaha kita saja masih minimal. Kata-kata yang masih gue pegang sampe sekarang adalah:

“Bila hanya ingin mendapatkan ikan,pancinglah dari kapal yang nyaman di atas laut. Tapi apabila ingin mendapatkan harta karun,anda harus masuk ke dasar laut yang sangat dalam dan menghadapi tantangan dan resiko nya”

Untuk saat ini,hanya itu yang bisa gue bagikan kepada kalian. Buat kelas 12 yang telah menghadapi Ujian Nasional,tetap optimis dan terus berdoa! Lawan kemalasan,keluar dari Comfort Zone,masuki dan hadapi resiko di Danger Zone dan biarkan Tuhan campur tangan. Dengan begitu kita akan mendapatkan hasil yang terbaik. Insya Allah. Amin J